MERKURIUS
|
|
Berdasarkan definisi di atas, maka dalam sistem Tata Surya
terdapat delapan planet. Hingga 24 Agustus 2006, sebelum
Persatuan Astronomi Internasional (International Astronomical
Union = IAU) mengumumkan perubahan pada definisi "planet"
sehingga seperti yang tersebut di atas, terdapat sembilan planet
termasuk Pluto, bahkan benda langit yang belakangan juga
ditemukan sempat dianggap sebagai planet baru, seperti: Ceres,
Sedna, Orcus, Xena, Quaoar, UB 313. Pluto, Ceres dan UB 313 kini
berubah statusnya menjadi "planet kerdil/katai."
Planet diambil dari kata dalam bahasa Yunani Asteres Planetai
yang artinya Bintang Pengelana. Dinamakan demikian karena
berbeda dengan bintang biasa, Planet dari waktu ke waktu
terlihat berkelana (berpindah-pindah) dari rasi bintang yang
satu ke rasi bintang yang lain. Perpindahan ini (pada masa
sekarang) dapat dipahami karena planet beredar mengelilingi
matahari. Namun pada zaman Yunani Kuno yang belum mengenal
konsep heliosentris, planet dianggap sebagai representasi dewa
di langit. Pada saat itu yang dimaksud dengan planet adalah
tujuh benda langit: Matahari, Bulan, Merkurius, Venus, Mars,
Jupiter dan Saturnus. Astronomi modern menghapus Matahari dan
Bulan dari daftar karena tidak sesuai definisi yang berlaku
sekarang.
SEJARAH
Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengertian
istilah “planet” berubah dari “sesuatu” yang bergerak melintasi
langit (relatif terhadap latar belakang bintang-bintang yang “tetap”),
menjadi benda yang bergerak mengelilingi Bumi. Ketika model
heliosentrik mulai mendominasi pada abad ke-16, planet mulai
diterima sebagai “sesuatu” yang mengorbit Matahari, dan Bumi
hanyalah sebuah planet. Hingga pertengahan abad ke-19, semua
obyek apa pun yang ditemukan mengitari Matahari didaftarkan
sebagai planet, dan jumlah “planet” menjadi bertambah dengan
cepat di penghujung abad itu.
Selama 1800-an, astronom mulai menyadari bahwa banyak penemuan
terbaru tidak mirip dengan planet-planet tradisional.
Obyek-obyek seperti Ceres, Pallas dan Vesta, yang telah
diklasifikasikan sebagai planet hingga hampir setengah abad,
kemudian diklasifikan dengan nama baru "asteroid". Pada titik
ini, ketiadaan definisi formal membuat "planet" dipahami sebagai
benda 'besar' yang mengorbit Matahari. Tidak ada keperluan untuk
menetapkan batas-batas definisi karena ukuran antara asteroid
dan planet begitu jauh berbeda, dan banjir penemuan baru
tampaknya telah berakhir.
Namun pada abad ke-20, Pluto ditemukan. Setelah
pengamatan-pengamatan awal mengarahkan pada dugaan bahwa Pluto
berukuran lebih besar dari Bumi, IAU (yang baru saja dibentuk)
menerima obyek tersebut sebagai planet. Pemantauan lebih jauh
menemukan bahwa obyek tersebut ternyata jauh lebih kecil dari
dugaan semula, tetapi karena masih lebih besar daripada semua
asteroid yang diketahui, dan tampaknya tidak eksis dalam
populasi yang besar, IAU tetap mempertahankan statusnya selama
kira-kira 70 tahun.
Pada 1990-an dan awal 2000-an, terjadi banjir penemuan
obyek-obyek sejenis Pluto di daerah yang relatif sama. Seperti
Ceres dan asteroid-asteroid pada masa sebelumnya, Pluto
ditemukan hanya sebagai benda kecil dalam sebuah populasi yang
berjumlah ribuan. Semakin banyak astronom yang meminta agar
Pluto didefinisi ulang sebagai sebuah planet seiring
bertambahnya penemuan obyek-obyek sejenis. Penemuan Eris, sebuah
obyek yang lebih masif daripada Pluto, dipublikasikan secara
luas sebagai planet kesepuluh, membuat hal ini semakin mengemuka.
Akhirnya pada 24 Agustus 2006, berdasarkan pemungutan suara, IAU
membuat definisi planet. Jumlah planet dalam Tata Surya
berkurang menjadi 8 benda besar yang berhasil “membersihkan
lingkungannya” (Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus,
Uranus dan Neptunus), dan sebuah kelas baru diciptakan, yaitu
planet katai, yang pada awalnya terdiri dari tiga obyek, Ceres,
Pluto dan Eris.
Sejarah
nama-nama planet
Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus,
Mars, Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu
karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak
bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing
planet (lihat tabel nama planet di bawah). Pada abad ke-6 SM,
bangsa Yunani memberi nama Stilbon (cemerlang) untuk Planet
Merkurius, Pyoroeis (berapi) untuk Mars, Phaethon (berkilau)
untuk Jupiter, Phainon (Bersinar) untuk Saturnus. Khusus planet
Venus memiliki dua nama yaitu Hesperos (bintang sore) dan
Phosphoros (pembawa cahaya). Hal ini terjadi karena dahulu
planet Venus yang muncul di pagi dan di sore hari dianggap
sebagai dua objek yang berbeda.
Pada abad ke-4 SM, Aristoteles memperkenalkan nama-nama dewa
dalam mitologi untuk planet-planet ini. Hermes menjadi nama
untuk Merkurius, Ares untuk Mars, Zeus untuk Jupiter, Kronos
untuk Saturnus dan Aphrodite untuk Venus.
Pada masa selanjutnya di mana kebudayaan Romawi menjadi lebih
berjaya dibanding Yunani, semua nama planet dialihkan menjadi
nama-nama dewa mereka. Kebetulan dewa-dewa dalam mitologi Yunani
mempunyai padanan dalam mitologi Romawi sehingga planet-planet
tersebut dinamai dengan nama yang kita kenal sekarang.
Hingga masa sekarang, tradisi penamaan planet menggunakan nama
dewa dalam mitologi Romawi masih berlanjut. Namun demikian
ketika planet ke-7 ditemukan, planet ini diberi nama Uranus yang
merupakan nama dewa Yunani. Dinamakan Uranus karena Uranus
adalah ayah dari |Kronos (Saturnus). Mitologi Romawi sendiri
tidak memiliki
padanan
untuk dewa Uranus. Planet ke-8 diberi nama Neptunus, dewa laut
dalam mitologi Romawi. |
|